Untuk Resume yang lainnya silahkan ikuti link ini :
http://derigavampire.blogspot.com/2011/04/ekologi-laut-tropis.html
Yuda Marine Science
Senin, 04 April 2011
Resume Ekologi Laut Tropis
TUGAS RESUME EKOLOGI LAUT TROPIS
----------RELUNG---------------
Relung (niche) dalam ekologi merujuk pada posisi unik yang ditempati oleh suatu spesies tertentu berdasarkan rentang fisik yang ditempati dan peranan yang dilakukan di dalam komunitasnya. Konsep ini menjelaskan suatu cara yang tepat dari suatu organisme untuk menyelaraskan diri dengan lngkungannya. Habitat adalah pemaparan tempat suatu organisme dapat ditemukan, sedangkan relung adalah pertelaan lengkap bagaimana suatu organisme berhubungan dengan lingkungan fisik dan biologisnya. Ekologi dari suatu individu mencakup variabel biotik (makhluk hidup seperti tumbuhan, hewan, manusia, baik yg mikro maupun yg makro) dan abiotik (benda tidak hidup). Relung menentukan bagaimana spesies memberi tanggapan terhadap ketersediaan sumberdaya hidup dan keberadaan pesaing dan pemangsa dalam suatu ekosistem
Dimensi relung adalah toleransi terhadap kondisi-kondisi yang bervariasi (kelembapan, pH, temperatur, kecepatan angin, aliran air, dan sebagainya) dan kebutuhannya akan sumber daya alam yang bervariasi. Di alam, dimensi relung suatu spesies bersifat multidimensi. Relung dua dimensi contohnya adalah hubungan temperatur dan salinitas sebagai bagian dari relung kerang di pasir. Untuk relung tiga dimensi, contohnya adalah hubungan temperatur, pH, dan ketersediaan makanan sebagai bagian dari relung suatu organisme.
Salah satu karakter dari ekologi laut tropis adalah dengan keberadaan relung yang merupakan profesi atau peranan organisme dalam suatu habitatnya. Tidak hanya meliputi ruang/tempat yang ditinggali, tetapi juga peranannya dalam komunitas dan posisinya pada gradient lingkungan, temperature, kelembapan, pH, tanah, kondisi lain. Relung ini tergantung dimana organsime ini hidup dan mengubah energy, bertingkah laku, bereaksi, serta mengubah lingkungan fisik maupun biologi dan bagaimana organisme dihambat untuk spesies lain.
Pengetahuan tentang niche merupakan sebuah landasan untuk memahami berfungsinya suatu komunitas dan ekosistem dalam habitat utama. Artinya untuk dapat memahami tentang suatu komunitas ataupun, pengetahuan akan niche sangat dibutuhkan untuk menjadi sebuah dasar. Contoh nya adalah dalam bidang biologi seperti perkembangan bakteri, lalu bidang energy seperti kelebihan pakan dapat menyebabkan timbulnya racun, dan dalam hal tingkah laku seperti tingkat keagresifitasan.
Aliran energy dalam niche :
-----------------HABITAT-----------------
Habitat adalah tempat suatu makhluk hidup tinggal dan berkembang biak. Pada dasarnya, habitat adalah lingkungan paling tidak lingkungan fisiknya di sekeliling populasi suatu spesies yang memengaruhi dan dimanfaatkan oleh spesies tersebut. Menurut Clements dan Shelford (1939), habitat adalah lingkungan fisik yang ada di sekitar suatu spesies, atau populasi spesies, atau kelompok spesies, atau komunitas.
Dalam ilmu ekologi, bila pada suatu tempat yang sama hidup berbagai kelompok spesies (mereka berbagi habitat yang sama) maka habitat tersebut disebut sebagai biotop .
Bioma adalah sekelompok tumbuhan dan hewan yang tinggal di suatu habitat pada suatu lokasi geografis tertentu.
Habitat pesisir laut : Mangrove dan interaksinya
Hutan Mangrove yang tumbuh karena dipengaruhi pasang air laut ini, sering juga kita menyebutnya dengan Hutan Bakau yang sebenarnya kurang tepat, karena Bakau, dari keluarga Rhizophora itu sendiri adalah hanya salah satu dari sekian jenis yang tumbuh di ekosistem hutan Mangrove ini. Hutan Manggrove adalah tipe hutan yang berkarakteristik unik, mengingat didaerah payau ini berpadu 4 ( empat ) unsur biologis penting yang fundamental, yaitu Daratan, Air, Pepohonan, dan Fauna.
Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan manggrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob.
Hutan mangrove juga merupakan habitat bagi beberapa satwa liar yang diantaranya terancam punah, seperti harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumateranensis), Bekantan (Nasalis Larvatus), Wilwo (Mycteria Cinerea), Bubut Hitam (Centropus Nigrorufus) dan Bangau Tongtong (Leptopilus Javanicus) serta tempat persinggahan bagi burung-burung.
Hutan Mangrove disebut juga ”Coastal Woodland” (hutan pantai) atau ”Tidal Forest” (hutan surut)/hutan bakau, yang merupakan tumbuhan litoral yang karakteristiknya terdapat di wilayah tropika (Saenger,1983).
Beberapa jenis Mangrove yang terkenal: (www.lablink.or.id)
- · Bakau (Rhizopora spp)
- · Api-api (Avicennia spp)
- · Pedada (Sonneratia spp)
- · Tanjang (Bruguiera spp)
Jenis-jenis tumbuhan hutan mangrove bereaksi berbeda terhadap variasi-variasi lingkungan fisik , sehingga memunculkan zona-zona vegetasi tertentu.
http://www.masbied.com/2010/01/14/tinjuan-tentang-ekosistem-mangrove/
-------------ADAPTASI---------------
Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Organisme yang mampu beradaptasi terhadap lingkungannya mampu untuk:
- memperoleh air, udara dan nutrisi (makanan).
- mengatasi kondisi fisik lingkungan seperti temperatur, cahaya dan panas.
- mempertahankan hidup dari musuh alaminya.
- bereproduksi.
- merespon perubahan yang terjadi di sekitarnya.
Organisme yang mampu beradaptasi akan bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan menghadapi kepunahan atau kelangkaan jenis.
Adaptasi terbagi atas tiga jenis yaitu:
- Adaptasi Morfologi
adalah adaptasi yang meliputi bentuk tubuh. Adaptasi Morfologi dapat dilihat dengan jelas. Sebagai contoh: paruh dan kaki burung berbeda sesuai makanannya.
- Adaptasi Fisiologi
adalah adaptasi yang meliputi fungsi alat-alat tubuh. Adaptasi ini bisa berupa enzim yang dihasilkan suatu organisme. Contoh: dihasilkannya enzim selulase oleh hewan memamah biak.
- Adaptasi Tingkah Laku
adalah adaptasi berupa perubahan tingkah laku. Misalnya: ikan paus yang sesekali menyembul ke permukaan untuk mengambil udara.
Hampir semua makhluk hidup melakukan adaptasi untuk dapat bertahan hidup, begitu juga makhluk hidup yang ada di laut. Bentuk adaptasi sendiri lama kelamaan akan menghasilkan suatu perubahan pada makhluk hidup yang disebut proses evolusi. Kedua hal ini akan saling berkaitan satu sama lainnya.Berikut ini pengertian lebih mendalam tentang adaptasi dan evolusi dalam suatu ekosistem.
Adaptasi dapat juga dinyatakan sebagai kemampuan individu untuk mengatasi keadaan lingkunggan dan menggunakan sumber-sumber alam lebih baik untuk mempertahankan hidupnya dalam relung (nisia, niche) yang diduduki. Organisme yang mampu beradaptasi terhadap lingkungannya mampu untuk:
- memperoleh air, udara dan nutrisi (makanan).
- mengatasi kondisi fisik lingkungan seperti temperatur, cahaya dan panas.
- mempertahankan hidup dari musuh alaminya.
- bereproduksi.
- merespon perubahan yang terjadi di sekitarnya.
Organisme yang mampu beradaptasi akan bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan menghadapi kepunahan atau kelangkaan jenis. Bentuk-bentuk adaptasi antara lain, adaptasi morfologi, fisiologi, tingkah laku.
Dampak dari adaptasi sendiri adalah evolusi. Teori evolusi dikembangkan berdasarkan ide (gagasan) dan fakta-fakta seperti; fosil, keanekaragaman, homologi, ontogeni dan sebagainya. Ada dua teori yang sangat mendasar dalam mempelajari teori evolusi. Pertama; Teori Lamarck tentang penurunan sifat suatu individu, bahwa modifikasi yang diperoleh suatu organisme karena adaptasi terhadap lingkungan diwariskan kepada keturunannya. Kedua; Teori Darwin; bahwa ada 3 kenyataan dalam mengembangkan teori evolusi; pertama; bukti fosil yang memberi petunjuk kehidupan di masa lampau; kedua; persamaan tumbuhan dan hewan peliharaan dengan tumbuhan dan hewan liar; ketiga; setiap spesies cenderung untuk bertambah, sehingga timbul persaingan untuk mempertahankan keberadaan.
-----------ENERGI------------
Hukum kekekalan energi
Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dihancurkan/dihilangkan. Tetapi dapat ditransfer dengan berbagai cara.
Hukum Termodinamika 1
merupakan pernyataan dari hukum kekekalan energi dan tidak menyatakan sesuatu apapun mengenai arah dari proses yang berlangsung.
- Menetapkan adanya suatu ekivalensi antara panas dan kerja (panas ↔ kerja)
- Digunakan untuk menghubungkan dan menentukan type – type energi yang terlibat
dalam suatu proses.
- Atau menyatakan bahwa sewaktu proses berlangsung terdapat suatu keseimbangan
energi.
Proses termodinamika itu dapat berlangsung kedua arah yaitu :
- Diekspansikan (pengembangan)
- Dikompresikan (penekanan)
Hukum Termodinamika I juga belum menjelaskan kearah mana suatu perubahan keadaan itu
berjalan dan apakah perubahan itu reversible atau irreversible.
Hukum Termodinamika II
memberikan batasan-batasan tentang arah yang dijalani suatu proses dan memberikan kriteria apakah proses itu reversible atau irreversible. dan salah satu akibat dari hukum termodinamika II ialah perkembangan dari suatu sifat phisik alam yang
disebut entropi.
Perubahan entropi → menentukan arah yang dijalani suatu proses.
Hukum Termodinamika II menyatakan :
Tidak mungkin panas dapat dirubah menjadi kerja seluruhnya, tetapi sebaliknya kerja
dapat dirubah menjadi panas.
Ditinjau dari perspektif fisika, setiap sistem fisik mengandung (secara alternatif, menyimpan) sejumlah energi; berapa tepatnya ditentukan dengan mengambil jumlah dari sejumlah persamaan khusus, masing-masing didesain untuk mengukur energi yang disimpan secara khusus. Secara umum, adanya energi diketahui oleh pengamat setiap ada pergantian sifat objek atau sistem. Tidak ada cara seragam untuk memperlihatkan energy.
Karena dalam ekologi juga terkait dengan energy maka pasti di dalamnya terdapat siklus energy . siklus tersebut merupakan siklus biogeokimia. siklus biogeokimia adalah siklus unsure atau senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik kemudian kembali lagi ke abiotik, dan rantai makanan termasuk ke dalam siklus ini. dalam rantai makanan itu terjadi pertukaran energy atau transport energy.
Beberapa cara bagaimana nutrient masuk ke dalam ekosistem :
1. Weathering
2. Atmospheric Input
3. Biological Nitrogen Fixation
4. Immigration
2. Atmospheric Input
3. Biological Nitrogen Fixation
4. Immigration
Selain itu ekosistem juga dapat kehilangan nutrient , berikut ini adalah cara di mana ekosistem kehilangan nutrient :
1. Erosion
2. Leaching, intrusi
3. Gaseous Losses
4. Emigration and Harvesting
1. Erosion
2. Leaching, intrusi
3. Gaseous Losses
4. Emigration and Harvesting
Selain rantai makanan, Siklus Biogeokimia juga mencakup siklus Nitrogen, siklus Fosfor, siklus Karbon, dan juga siklus Oksigen.
Contoh Energi yang ada di pesisir laut tropis ;
Energi pasang surut (tidal energy) merupakan energi yang terbarukan. Prinsip kerja nya sama dengan pembangkit listrik tenaga air, dimana air dimanfaatkan untuk memutar turbin dan mengahasilkan energi listrik.
Keuntungan dari energi pasang surut ini adalah. Setelah dibangun energi listrik yang dihasilkan bisa dimanfaatkan secara gratis, tidak membutuhkan bahan bakar, tidak menimbulkan efek rumah kaca, produksi listrik stabil karena pasang surut air laut bisa diprediksi.
Tetapi energi pasang surut bukanlah energi masa depan karena memiliki berbagai kelemahan. Biaya pembuatan dam mahal dan merusak ekosistem dipesisr pantai.
Keuntungan dari energi pasang surut ini adalah. Setelah dibangun energi listrik yang dihasilkan bisa dimanfaatkan secara gratis, tidak membutuhkan bahan bakar, tidak menimbulkan efek rumah kaca, produksi listrik stabil karena pasang surut air laut bisa diprediksi.
Tetapi energi pasang surut bukanlah energi masa depan karena memiliki berbagai kelemahan. Biaya pembuatan dam mahal dan merusak ekosistem dipesisr pantai.
Energi pasang surut diperkirakan sekitar 500 sampai 1000 m kWh pertahun. Pembangkit listrik tenaga pasang surut (PLTPs) terbesar di dunia terdapat di muara sungai Rance di sebelah utara Perancis. Pembangkit listrik ini dibangun pada tahun 1966 dan berkapasitas 240 MW. PLTPs yang terbesar nanti akan dibangun di Korea Selatan dengan kapasitas 300 MV yang mampu untuk mengaliri listrik untuk 200.000 rumah. Proyek ini akan selesai tahun 2015.
Energi pasang surut memanfaatkan pergerakan air laut dalam jumlah besar (pasang surut). Seperti yang kita ketahui pasang terjadi dua kali sehari, diperkirakan sekitar 12,5 jam sekali.Karena siklusnya bisa diprediksi, maka sangat mudah untuk memanfaat kan energi pasang surut ini.
Prinsip kerja energi pasang surut sangat sederhana. Saat pasang datang air laut masuk melewati dam melalui katup yang bisa membuka secara otomatis. Saat pasang surut, katup yang ada di dam tertutup sehingga air laut terjebak didalam dam. Air laut yang terjebak inilah yang dimanfaatkan untuk memutar turbin.
Minggu, 20 Maret 2011
Suara ( Single Beam )
R MARIANTO TRI YUDA ( 230210090085 )
Bab 6 :Suara
Materi : Single Beam
Single Beam bathymetri sistem
Saya mengambil beberapa kasus alat alat yang menggunakan suara dengan sistematika single beam ,karena kebanyakan materi ini berhubungan dengan aplikasi alat tersebut .
ECHOSOUNDER
Single-beam sistem batimetri umumnya dikonfigurasi dengan transceiver (transduser / receiver) mount ke lambung, atau sidemount, ke kapal. Sistem ini mengukur kedalaman air langsung di bawah kapal penelitian. Transceiver lambung-mount mentransmisikan frekuensi tinggi pulsa akustik dalam balok langsung ke bawah ke kolom air. energi akustik ini tercermin dari dasar laut di bawah kapal dan diterima di transceiver. transceiver berisi pemancar, yang mengendalikan panjang pulsa dan memberikan daya listrik pada frekuensi yang diberikan.
Skematis menunjukkan transduser sebagai kotak merah, baik lambung-mount atau sidemounted ke kapal. Jalur energi akustik ditunjukkan dengan garis merah putus-putus, dengan panah dua arah, yang mewakili jalur langsung diambil oleh energi keluar dan kembali.
Single-beam echo sounder merupakan alat ukur kedalaman air yang menggunakan pancaran tunggal sebagai pengirim dan penerima sinyal gelombang suara.
Sistem batimetri dengan menggunakan single beam secara umum mempunyai susunan : transciever (tranducer/reciever) yang terpasang pada lambung kapal atau sisi bantalan pada kapal. Sistem ini mengukur kedalaman air secara langsung dari kapal penyelidikan. Transciever yang terpasang pada lambung kapal mengirimkan pulsa akustik dengan frekuensi tinggi yang terkandung dalam beam (gelombang suara) secara langsung menyusuri bawah kolom air. Energi akustik memantulkan sampai dasar laut dari kapal dan diterima kembali oleh tranciever.
Transciever terdiri dari sebuah transmitter yang mempunyai fungsi sebagai pengontrol panjang gelombang pulsa yang dipancarkan dan menyediakan tenaga elektris untuk besar frekuensi yang diberikan.
Transmitter ini menerima secara berulang-ulang dlam kecepatan yang tinggi, sampai pada orde kecepatan milisekon. Perekaman kedalaman air secara berkesinambungan dari bawah kapal menghasilkan ukuran kedalamn beresolusi tinggi sepanjang lajur yang disurvei. Informasi tambahan seperti heave (gerakan naik-turunnya kapal yang disebabkan oleh gaya pengaruh air laut), pitch (gerakan kapal ke arah depan (mengangguk) berpusat di titik tengah kapal), dan roll (gerakan kapal ke arah sisi-sisinya (lambung kapal) atau pada sumbu memanjang) dari sebuah kapal dapat diukur oleh sebuah alat dengan nama Motion Reference Unit (MRU), yang juga digunakan untuk koreksi posisi pengukuran kedalaman selam proses berlangsung.
Range frekuensi yang dipakai pada sistem ini menurut WHSC Sea-floor Mapping Group mengoperasikan range frekuensi dari 3.5 kHz sampai 200 kHz.
Single-beam echosounders relatif mudah untuk digunakan, tetapi alat ini hanya menyediakan informasi kedalaman sepanjang garis trak yang dilalui oleh kapal. Jadi, ada feature yang tidak terekam antara lajur per lajur sebagai garis traking perekaman, yang mana ada ruang sekitar 10 sampai 100 meter yang tidak terlihat oleh sistem ini.
Topside menampilkan unit untuk dua sistem echosounder yang berbeda.Sistem di sebelah kiri digambarkan dengan printer kertas salinan yang menyertai sistem. Kedua sistem menampilkan nilai-nilai kedalaman air real-time. |
Profiler 3,5 kHz menempel dasar tiang sidemount di laboratorium darat. | Sidemount di belakangnya berlangsung posisi aman ke sisi kapal penelitian. |
Range frekuensi yang dipakai pada sistem ini menurut WHSC Sea-floor Mapping Group
mengoperasikan range frekuensi dari 3.5 kHz sampai 200 kHz.
KESIMPULAN
Single-Beam Echosunder merupakan alat ukur kedalaman air yang menggunakan pancaran tunggal sebagai pengirim dan penerima sinyal gelombang suara. Sistem batimetri dengan menggunakan single beam secara umum mempunyai susunan : transciever (tranducer/reciever) yang terpasang pada lambung kapal atau sisi bantalan pada kapal. Sistem ini mengukur kedalaman air secara langsung dari kapal penyelidikan. Transciever yang terpasang pada lambung kapal mengirimkan pulsa akustik dengan frekuensi tinggi yang terkandung dalam beam (gelombang suara) secara langsung menyusuri bawah kolom air. Energi akustik memantulkan sampai dasar laut dari kapal dan diterima kembali oleh tranciever. Transciever terdiri dari sebuah transmitter yang mempunyai fungsi sebagai pengontrol panjang gelombang pulsa yang dipancarkan dan menyediakan tenaga elektris untuk besar frekuensi yang diberikan. Transmitter ini menerima secara berulang-ulang dlam kecepatan yang tinggi, sampai pada orde kecepatan milisekon. Perekaman kedalaman air secara berkesinambungan dari bawah kapal menghasilkan ukuran kedalamn beresolusi tinggi sepanjang lajur yang disurvei. Informasi tambahan seperti heave (gerakan naik-turunnya kapal yang disebabkan oleh gaya pengaruh air laut), pitch (gerakan kapal ke arah depan (mengangguk) berpusat di titik tengah kapal), dan roll (gerakan kapal ke arah sisi-sisinya (lambung kapal) atau pada sumbu memanjang) dari sebuah kapal dapat diukur oleh sebuah alat dengan nama Motion Reference Unit (MRU), yang juga digunakan untuk koreksi posisi pengukuran kedalaman selam proses berlangsung. Single-Beam echosounder relatif mudah untuk digunakan, tetapi alat ini hanya menyediakan informasi kedalaman sepanjang garis track yang dilalui oleh kapal. Jadi, ada feature yang tidak terekam antara lajur per lajur sebagai garis tracking perekaman, yang mana ada ruang sekitar 10 sampai 100 m yang tidak terlihat oleh sistem ini.
SUMBER :
Istilah_deskripsi_Pemeruman_sounding_dalam_Survei_Hidrografi.htm
awalahas-samuderapengetahuan.blogspot.com/2011_03_13_archive.html
Sabtu, 19 Maret 2011
SUARA ( SINGLE BEAM )
R MARIANTO TRI YUDA ( 230210090085 )
Bab 6 :Suara
Materi : Single Beam
Single Beam bathymetri sistem
Saya mengambil beberapa kasus alat alat yang menggunakan suara dengan sistematika single beam ,karena kebanyakan materi ini berhubungan dengan aplikasi alat tersebut .
ECHOSOUNDER
Single-beam sistem batimetri umumnya dikonfigurasi dengan transceiver (transduser / receiver) mount ke lambung, atau sidemount, ke kapal. Sistem ini mengukur kedalaman air langsung di bawah kapal penelitian. Transceiver lambung-mount mentransmisikan frekuensi tinggi pulsa akustik dalam balok langsung ke bawah ke kolom air. energi akustik ini tercermin dari dasar laut di bawah kapal dan diterima di transceiver. transceiver berisi pemancar, yang mengendalikan panjang pulsa dan memberikan daya listrik pada frekuensi yang diberikan.
Skematis menunjukkan transduser sebagai kotak merah, baik lambung-mount atau sidemounted ke kapal. Jalur energi akustik ditunjukkan dengan garis merah putus-putus, dengan panah dua arah, yang mewakili jalur langsung diambil oleh energi keluar dan kembali.
Single-beam echo sounder merupakan alat ukur kedalaman air yang menggunakan pancaran tunggal sebagai pengirim dan penerima sinyal gelombang suara.
Sistem batimetri dengan menggunakan single beam secara umum mempunyai susunan : transciever (tranducer/reciever) yang terpasang pada lambung kapal atau sisi bantalan pada kapal. Sistem ini mengukur kedalaman air secara langsung dari kapal penyelidikan. Transciever yang terpasang pada lambung kapal mengirimkan pulsa akustik dengan frekuensi tinggi yang terkandung dalam beam (gelombang suara) secara langsung menyusuri bawah kolom air. Energi akustik memantulkan sampai dasar laut dari kapal dan diterima kembali oleh tranciever.
Transciever terdiri dari sebuah transmitter yang mempunyai fungsi sebagai pengontrol panjang gelombang pulsa yang dipancarkan dan menyediakan tenaga elektris untuk besar frekuensi yang diberikan.
Transmitter ini menerima secara berulang-ulang dlam kecepatan yang tinggi, sampai pada orde kecepatan milisekon. Perekaman kedalaman air secara berkesinambungan dari bawah kapal menghasilkan ukuran kedalamn beresolusi tinggi sepanjang lajur yang disurvei. Informasi tambahan seperti heave (gerakan naik-turunnya kapal yang disebabkan oleh gaya pengaruh air laut), pitch (gerakan kapal ke arah depan (mengangguk) berpusat di titik tengah kapal), dan roll (gerakan kapal ke arah sisi-sisinya (lambung kapal) atau pada sumbu memanjang) dari sebuah kapal dapat diukur oleh sebuah alat dengan nama Motion Reference Unit (MRU), yang juga digunakan untuk koreksi posisi pengukuran kedalaman selam proses berlangsung.
Range frekuensi yang dipakai pada sistem ini menurut WHSC Sea-floor Mapping Group mengoperasikan range frekuensi dari 3.5 kHz sampai 200 kHz.
Single-beam echosounders relatif mudah untuk digunakan, tetapi alat ini hanya menyediakan informasi kedalaman sepanjang garis trak yang dilalui oleh kapal. Jadi, ada feature yang tidak terekam antara lajur per lajur sebagai garis traking perekaman, yang mana ada ruang sekitar 10 sampai 100 meter yang tidak terlihat oleh sistem ini.
Topside menampilkan unit untuk dua sistem echosounder yang berbeda.Sistem di sebelah kiri digambarkan dengan printer kertas salinan yang menyertai sistem. Kedua sistem menampilkan nilai-nilai kedalaman air real-time. |
Profiler 3,5 kHz menempel dasar tiang sidemount di laboratorium darat. | Sidemount di belakangnya berlangsung posisi aman ke sisi kapal penelitian. |
Range frekuensi yang dipakai pada sistem ini menurut WHSC Sea-floor Mapping Group
mengoperasikan range frekuensi dari 3.5 kHz sampai 200 kHz.
KESIMPULAN
Single-Beam Echosunder merupakan alat ukur kedalaman air yang menggunakan pancaran tunggal sebagai pengirim dan penerima sinyal gelombang suara. Sistem batimetri dengan menggunakan single beam secara umum mempunyai susunan : transciever (tranducer/reciever) yang terpasang pada lambung kapal atau sisi bantalan pada kapal. Sistem ini mengukur kedalaman air secara langsung dari kapal penyelidikan. Transciever yang terpasang pada lambung kapal mengirimkan pulsa akustik dengan frekuensi tinggi yang terkandung dalam beam (gelombang suara) secara langsung menyusuri bawah kolom air. Energi akustik memantulkan sampai dasar laut dari kapal dan diterima kembali oleh tranciever. Transciever terdiri dari sebuah transmitter yang mempunyai fungsi sebagai pengontrol panjang gelombang pulsa yang dipancarkan dan menyediakan tenaga elektris untuk besar frekuensi yang diberikan. Transmitter ini menerima secara berulang-ulang dlam kecepatan yang tinggi, sampai pada orde kecepatan milisekon. Perekaman kedalaman air secara berkesinambungan dari bawah kapal menghasilkan ukuran kedalamn beresolusi tinggi sepanjang lajur yang disurvei. Informasi tambahan seperti heave (gerakan naik-turunnya kapal yang disebabkan oleh gaya pengaruh air laut), pitch (gerakan kapal ke arah depan (mengangguk) berpusat di titik tengah kapal), dan roll (gerakan kapal ke arah sisi-sisinya (lambung kapal) atau pada sumbu memanjang) dari sebuah kapal dapat diukur oleh sebuah alat dengan nama Motion Reference Unit (MRU), yang juga digunakan untuk koreksi posisi pengukuran kedalaman selam proses berlangsung. Single-Beam echosounder relatif mudah untuk digunakan, tetapi alat ini hanya menyediakan informasi kedalaman sepanjang garis track yang dilalui oleh kapal. Jadi, ada feature yang tidak terekam antara lajur per lajur sebagai garis tracking perekaman, yang mana ada ruang sekitar 10 sampai 100 m yang tidak terlihat oleh sistem ini.
SUMBER :
Istilah_deskripsi_Pemeruman_sounding_dalam_Survei_Hidrografi.htm
awalahas-samuderapengetahuan.blogspot.com/2011_03_13_archive.html
Selasa, 15 Maret 2011
CURRICULUM VITAE
1.1 Data Pribadi
- Nama : R. Marianto Tri Yuda
- Tempat Lahir : Palembang
- Tanggal Lahir : 9 Juli 1991
- Alamat : Komp. Batuwangi no. 52 Ds. Sukamenek
Kec. Margahayu Kab. Bandung
- Kode Pos : 4022
- Kota : Bandung
- Telepon Rumah : (022) 5416411
- Telepon (HP) : 085793848662
- E-mail : marianto.uchiha@yahoo.com
- Kebangsaan : Indonesia
- Jenis Kelamin : Laki-Laki
- Status : Belum Menikah
- Pekerjaan : Mahasiswa
Pendidikan
Tahun | Sekolah / Perguruan Tinggi |
2009-sekarang | Tingkat 2 Semester 4, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran |
2006-2009 | SMAN 4 Bandung |
2003-2006 | SMPN 3 Bandung |
1995-2003 | SDN Mohammad Toha 4 Bandung |
1994-1995 | TK Bayangkhari 49 |
Seminar dan Workshop
Nama Seminar | Tahun | Sebagai | Penyelenggara |
Buka Bersama FPIK 2009 | 2009 | Partisipan | Mahasiswa Baru FPIK 2009 |
Ceramah Ilmiah Pengelolaan Wilayah Pesisir Dengan Pembukaan Lahan Tambak | 2010 | | Parimanta FPIK |
Ceramah Ilmiah Semangat Bahari | 2010 | Partisipan | LK MAHAIKA |
Indonesian Maritime Expo | 2010 | Partisipan | Keluarga Mahasiswa Teknik Kelautan ITB |
Ceramah Ilmiah sistem pengaturan zonasi dan wilayah laut dan pertahanan perbatasan wilayah laut NKRI | 2010 | Panitia | LK MAHAIKA FPIK |
Seminar kelautan mitigasi dan adaptasi kelautan di Indonesia | 2010 | Partisipan | Keluarga Mahasiswa Oseanografi ITB |
Ceramah Ilmiah sistem pengaturan zonasi dan wilayah laut dan pertahanan perbatasan wilayah laut NKRI. | 2010 | Panitia | LK MAHAIKA |
Seminar dan Workshop Pengolahan Parameter Oseanografi Fisika. | 2011 | Ketua | LK MAHAIKA |
Pengalaman Organisasi
Nama Organisasi | Jabatan | Tahun |
Paskriba SDN Mohammad Toha 22 | TURA(Pengatur Upacara) | 2001 |
Patroli Keamanan Sekolah SMPN 3 Bandung | Komandan Kompie III | 2005 |
Remaja Mesjid AT Taqwa Komp.Batuwangi | Ketua | 2008-sekarang |
Karang Taruna Komp.Batuwangi | Kadiv Rohani | 2008-sekarang |
Event angkatan 2009 | ketua Divisi Logistik | 2009 |
Penerimaan Anggota Baru FPIK Unpad 2010, “Mollusca” | Anggota Divisi Logistik | 2010 |
Lembaga Keprofesian Mahasiswa Ilmu Kelautan | Anggota Divisi Keprofesian bidang geoocean | 2010-sekarang |
Pengalaman Lapangan
Acara | Sebagai | Tahun |
Fieldtrip FPIK 2009, Karapyak – Pangandaran | Panitia Bidang Logistik | 2009 |
Manfish Save Our Earth, Pantai Song Indah – Indramayu | Partisipan | 2010 |
Trip to pulaw biawak | Partisipan | 2010 |
Fieldtrip Program Studi Ilmu Kelautan 2009, Palabuhan Ratu | Ketua | 2010 |
Langganan:
Postingan (Atom)